Jakarta, Selular.ID – Berdasarkan laporan IT Security Economics tahunan Kaspersky terbaru, menunjukan semakin parahnya kasus keamanan siber terhadap dunia bisnis yang masuk melalui pemasok (supplier) tempat mereka berbagi data.
Kerugian finansial rata-rata dari kejadian ini mencapai hampir mencapai US$1,4 juta di 2021. Serangan terhadap dunia bisnis skala global yang terjadi melalui pihak ketiga kini menjadi tren.
“Data bisnis biasanya didistribusikan di beberapa pihak ketiga termasuk penyedia layanan, mitra, pemasok, dan anak perusahaan. Dengan demikian, organisasi perlu mempertimbangkan tidak hanya risiko keamanan siber yang memengaruhi internal infrastruktur TI mereka, tetapi juga risiko yang berpotensi datang dari pihak luar,” ujar Evgeniya Naumova, Executive VP, Corporate Business di Kaspersky, Senin (11/10).
Menurut survei, sepertiga (32%) organisasi besar mengalami serangan siber yang melibatkan data yang dibagikan dengan pemasok. Jumlah ini tidak berubah secara signifikan sejak laporan 2020 diterbitkan (33%).
Jenis serangan lainnya menunjukkan kerugian finansial yang lebih rendah termasuk kerugian fisik perangkat milik perusahaan (US$1,3 juta), serangan cryptomining (US$1,3 juta) dan penggunaan sumber daya TI yang tidak tepat oleh karyawan (US$1,3 juta).
Kerugikan finansial rata-rata dari setiap serangan juga menurun, yakini menunjukkan penurunan 15% cukup signifikan dibandingkan dengan hasil tahun lalu, yaitu US$927 juta pada tahun 2021 dan US$ 1,09 juta pada tahun 2020.
Lalu perusahaan juga cenderung tidak melaporkan pelanggaran data tahun ini. Hal ini besar kemungkinan dikarenakan faktor finansial yang mungkin enggan untuk meluangkan waktu dan biaya untuk penyelidikan kriminal atau risiko kerusakan reputasi jika pelanggaran diketahui oleh publik.
“Dampak yang merugikan dari serangan keamanan siber juga menyoroti bahwa penting bagi organisasi untuk mengetahui risiko pelanggaran yang melibatkan data bersama dengan pemasok, ketika mengevaluasi kebutuhan keamanan siber untuk bisnis,” tandas Evgeniya.