Pesona Penampilan Wayang Potehi Di Semarang

3 minutes reading
Tuesday, 12 Oct 2021 03:03 0 687 Redaksi Kece

Warisan Tiongkok Berusia 3000 Tahun dalam Seni Wayang

Wisata Kota Tua Semarang

Selama ribuan tahun, komunitas Tionghoa tidak hanya menetap di banyak bagian pulau-pulau Indonesia tetapi mereka juga telah berbagi dan menanamkan budaya dan tradisi mereka dengan penduduk setempat. Asimilasi budaya ini dapat dilihat pada arsitektur bangunan, masakan, kostum, alat musik, dan banyak aspek lainnya dalam berbagai bentuk yang dapat ditemukan di seluruh nusantara. Salah satu warisan budaya Tiongkok yang paling menarik adalah seni pewayangan yang terpelihara dengan baik yang dikenal sebagai Wayang Potehi.

Sementara Wayang Kulit atau wayang kulit Jawa Tengah dan Wayang Golek Jawa Barat menonjolkan ciri khas Indonesia, Wayang Potehi adalah pertunjukan tradisional yang dibawakan oleh para imigran Tionghoa dari Tiongkok selatan. Sedangkan Wayang Kulit dan Wayang Golek menggambarkan tokoh-tokoh yang berasal dari Mahabharata dan puisi epos Ramayana India, Wayang Potehi menampilkan tokoh dan cerita dari Legenda Tiongkok. Kata Potehi sendiri berasal dari kata ‘Pou’ yang berarti kain, ‘te’ yang berarti kain karung, dan ‘hi’ yang berarti boneka; demikian potehi bila diterjemahkan secara sastra berarti wayang yang terbuat dari kain karung.

Wayang dimainkan dengan menggunakan kelima jari; tiga jari tengah dalang mengontrol kepala, sedangkan ibu jari dan jari kelingking mengontrol kedua tangan boneka. Musik pengiring pertunjukan terdiri dari: gembreng, kecer atau simbal, cheh dan puah, gitar, rebab, rebana, terompet, dan piak-kok.

Di Cina, seni unik ini telah ada selama lebih dari 3000 tahun sejak era Dinasti Jin. Menurut legenda, boneka itu dibuat ketika 5 tahanan dijatuhi hukuman mati karena kejahatan mereka. Sementara empat terpidana putus asa, satu mencoba mengalihkan perhatiannya dengan memainkan musik dengan pot, piring, dan barang-barang lain di sekitarnya untuk mengiringi pertunjukan boneka imajiner. Legenda selanjutnya mengatakan bahwa kaisar kebetulan mendengar suara yang unik namun harmonis, di mana ia mengampuni kelima narapidana.

Wayang Potehi datang ke Nusantara antara abad ke-16 hingga abad ke-19 seiring dengan kedatangan para pedagang dan pendatang Tionghoa. Catatan menunjukkan bahwa pada abad ke-18, seorang warga Jerman bernama Ernst Christoph Barchewitz, yang telah tinggal di Jawa selama 11 tahun, datang ke Batavia untuk melihat pertunjukan wayang yang dipentaskan dalam bahasa Cina.

Bagi keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia, Wayang Potehi tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga berfungsi sebagai fungsi sosial dan ritual karena biasanya dilakukan di kuil-kuil, terutama di sepanjang pantai utara Jawa, termasuk di kota Semarang. Wayang Potehi menceritakan kisah-kisah yang diambil dari berbagai legenda Tiongkok seperti Sam Kok, Sam Pek Eng Tay, dan Li Si Bin.

Saat pertama kali diperkenalkan di Indonesia, Wayang Potehi menggunakan bahasa Tionghoa dengan dialek Hokien. Namun seiring berjalannya waktu, seni tersebut ditampilkan dengan menggunakan bahasa nasional Bahasa Indonesia sehingga penonton non-Cina juga dapat menikmati pertunjukan tersebut. Saat ini, kesenian khas ini dipentaskan di berbagai kota di Indonesia, antara lain di Jakarta, Medan, Palembang, Yogyakarta, Solo, Pontianak, Manado dan Pecinan lainnya, terutama menjelang perayaan akbar Imlek.


Dilihat :
121

Avatar

Redaksi Kece

Hibur adalah portal berita yang bisa menghibur dan menjadi wawasan serta tempat mencari informasi terupdate

LAINNYA