Mau jalan –jalan ke Taman Margasatwa sekaligus ke Benteng Fort de Kock di Bukittinggi? Yuk melewati Jembatan Limpapeh, sebuah jembatan gantung yang terbentang cantik di atas Jalan Ahmad Yani, berada dikawasan Kampung Cino, Sumatra Barat, Indonesia.
Dilihat dari jauh, Jembatan Limpapeh sangat menunjukan ikon Sumatera Barat dengan khas Minangkabau-nya. Sengaja dibentangkan di atas Jalan Ahmad Yani, supaya sekaligus memamerkan ikoni yang katanya adalah kebanggaan masyarakat Kota Bukittinggi. Yuk traveling kesini dan bantu pamerkan Jembatan Limpapeh di sosial media-mu! Sebelumnya, simak terus ya ulasan detailnya.
Jembatan Wisata yang terletak di kota kelahiran Moh Hatta ini berdiri sejak tahun 1995. Diberikan nama Limpapeh karena masyarakat Sumatera Barat khususnya suku Minang menganut garis maniarki/ garis keturunan ibu. Limpapeh yang berasal dari Bahasa Minang mempunyai arti tiang tengah/ penyanggah rumah yang dimaksudkan untuk perempuan/ ibu rumah tangga. Karena menurut budaya Suku Minang, seorang wanita/ ibu rumah tangga memiliki peran untuk menjaga keutuhan keluarganya.
Jangan hanya dilihat! Yuk kita naiki Jembatan Limpapeh-nya. Saat berdiri di atasnya akan terasa sedikit ayunan kecil, tapi jangan khawatir ya Jembatan Limpapeh ini terbuat dari kawat-kawat baja besar yang kuat. Selain itu juga dilengkapi dengan pelat-pelat alumunium pada permukaan jembatan. Jadi dipastikan aman. Setidaknya Jembatan Limpapeh sanggup menampung 10 orang paling banyak. Jadi kalau mau foto bergantian ya guys, hihi!
Ini dia pemandangan cantik dari Jembatan Limpapeh. Dari atas jembatan ini, kamu bisa melihat sekeliling Kampung Cino dengan segala pernak-perniknya. Bangunan khas rumah penduduk yang beratap gonjong akan terlihat banyak dari sini, atapnya warna-warni loh jadi silahkan ambil foto disini ya! Biar kelihatan banget Minang-nya. Kalau putar badan kekiri, kamu juga bakal melihat sepertiga bangunan Jam Gadang dari atas, dan bangunan lainnya yang bercorak khas Minang.
Jembatan yang memiliki panjang 90 meter dengan lebarnya 3,8 m ini, juga memiliki sudut panorama alam yang tidak bisa dilewati. Di sisi yang sama dengan Jam Gadang, kamu akan melihat pemandangan alam Gunung Berapi dengan bukit-bukit hijau yang diselimuti oleh kabut-kabut awan nan sejuk. Memang paling tepat ke Jembatan Limpapeh sore hari gays, sambil berwisato sambil menghirup udara sejuk nya.
Eitsss, walaupun sudah malam jangan pulang dulu ya. Kecantikan Jembatan yang berusia 20 tahun ini, akan lebih memmpesona ketika malam hari guys. Apabila hari mulai gelap, lampu-lampu cantik yang berwarna-warni di sekeliling jembatan akan mulai menyala. Kabel yang tergantung di sekelilingnya pun diberikan pesona lampu yang tidak kalah cantik. Dan di sisi kiri kanannya tertera jelas tulisan “Jembatan Limpapeh” dengan lampunya yang berwarna orange.
Untuk bisa melewati Jembatan Limpapeh yang bergoyang kecil, kamu cukup membayar kurang lebih Rp10,000 loh. Dengan harga yang cukup murah, kamu bisa menikmati dua wisata sekaligus. Kamu bisa naik Jembatan dari Taman Margasatwa ataupun Benteng Fort de Kock ya. Jadi memang kedua tempat wisata ini adalah satu pengurusan, yang dijembatani oleh Jembatan Limpapeh agar para wisatawan mudah untuk meng-explore keduanya.
Oia, jangan kaget ya kalau saat berwisata akan banyak monyet-monyet yang ikut berpose. Karena di Taman Marga Satwanya menyimpan lepas para fauna-fauna nya. Yuk kita berkunjung ke Taman Marga Satwa!
Taman Marga Satwa di Bukti Tinggi adalah kebun binatang tertua milik Indonesia. Di Dalamnya para pengunjung akan disuguhkan berbagai macam pengetahuan dan nilai sejarah mengenai koleksi faunanya. Karena pernah terjadi pertukaran kebun binatang dengan Surabaya, TMS Bukittinggi juga menyimpan fauna khas Indonesia Timur loh. Tidak hanya kaya akan fauna, TMS Bukit Tinggi juga memamerkan Rumah Adat khas Minangkabau yang disebut Rumah Adat Baanjuang, di dalamnya tersimpan sejuta rahasia mengenai kebudayaan tradisional dan segala seluk beluk si Kota Malin Kundang ini.
Setelah puas berkebun binatang ria, yuk menyebrang ke Benteng Fort de Kock. Benteng ini merupakan saksi bisu perjuangan masyarakat Bukittinggi saat masa penjajahan Belanda. Nah, kalau masih belum puas dengan pemandangan tengah Jembatan Limpapeh, pemandangan alam Gunung Berapi dan sekitar Bukittinggi terlihat lebih jelas dari sini loh.
Jangan cuma hobi makan nasi padang, yuk ke Kotanya juga!