Bila berkunjung ke Pulau Dewata nampaknya terasa kurang bila tak menyambangi pantai – pantai yang ada disana. Bali memang terkenal dengan kecantikan dari pantai nya termasuk dari air laut nya yang rata – rata jernih, dengan warna gradasi biru dan hijau cerah seolah membuat siapa saja yang datang tak mau cepat – cepat pulang. Selain mengunjungi pantai – pantai di Bali kamu juga harus mencoba wisata kuliner disana baik di pagi hari maupun malam hari. Kuliner di Bali di dominasi oleh rasa rempah khas yang pastinya tidak bisa kamu temui di tempat lain.
Namun tak hanya kecantikan pantai dan kelezatan kulinernya saja, lebih dari pada itu Bali juga menyimpan sejuta cerita sejarah yang melatarbelakanginya. Di huni oleh mayoritas masyarakat beragama Hindu tak heran membuat Bali dikenal dengan sapaan Pulau Seribu Pura. Pura di Bali tak hanya digunakan sebagai sarana ibadah bagi umat Hindu namun juga dibuka bagi kalangan umum untuk berwisata sehingga budaya, adat istiadat dan nilai keagamaan di Bali bisa dikenal hingga ke telinga wisatawan asing. Salah satu pura di Bali yang dapat kamu datangi yakni Pura Pucak Sinunggal.
Pura Pucak Bukit Sinunggal
Pura ini berada pada ketinggian 650 MDPL di hutan Desa Tajun, Kubutambahan, Buleleng. Namanya memang nampak asing bagi beberapa orang dari sisi wisata namun pura ini sudah terkenal bagi para umat Hindu yang menggunakannya sebagai sarana ibadah. Sesuai dengan namanya pura ini memang berada di sebuah bukit, sehingga kamu harus berjalan menanjak dan menaiki banyak anak tangga sepanjang lebih dari 250 meter untuk bisa tiba di bagian utama.
Pura ini memiliki pemandangan yang asri yakni pemandangan dari Bukit Sinunggal. Pura Pucak Sinunggal merupakan Pura Dang Kahyangan yang artinya adalah tempat suci yang dibangun untuk mengenang jasa dari pimpinan umat Hindu yang pernah berkunjung ke Bali seperti Rsi Markandya, Dhanghyang Dwijendra dan Danghyang Asthapaka.
Di sini kamu dapat menemukan beberapa pelinggih atau tempat pemujaan sebagai perwujudan yang dipuja. Bila ingin bersembahyang maka urutan yang harus dilalui yakni mulai dari membersihkan diri di Beji Pura Air Tabar lalu lanjut ke Pura Dasar Bhuana yakni tempat berstananya Bhatara Siwa Buddha. Setelah selesai dari Pura Dasar Bhuana maka barulah bisa menuju ke Pura Pucak Bukit Sinunggal.
Pada pelataran utama Pura Bukit Sinunggal ini dihiasi oleh banyak sekali pelinggih dan ada juga Meru Tumpang Tuju. Meru ini adalah pelinggih pokok pura yang merupakan stana dari Ida Ratu Pucak Sinunggal yang bergelar Ida Ratu Manik Astagina sekaligus penguasa 8 penjuru arah mata angin.
Pura ini sangat disucikan (sakral) sehingga tak semua wisatawan boleh masuk kesana kecuali memang untuk bersembahyang. Selama bersembahyang disana kamu akan mendapatkan suasana damai, tenang dan sepi serta udara yang sejuk karena lebatnya pepohonan yang tumbuh di area pura ini. Selain untuk bersembahyang disini kamu juga bisa bermeditasi karena kesucian dari bangunan pura ini akan membawa kedamaian bagi siapapun yang datang.
Aturan Saat Mengunjungi Pura
Pura adalah tempat beribadah umat Hindu yang pastinya juga adalah tempat yang sakral atau disucikan. Maka dari itu selama berada di pura pastikan bahwa kamu sudah sesuai dan mengikuti aturan yang berlaku.
-
Memakai pakaian yang sopan
Bagi perempuan misalnya pakailah pakaian tertutup dan gunakan selendang untuk mengikat pinggang sedangkan bagi laki – laki dapat menambahkan penggunaan udeng atau tutup kepala khas Bali.
-
Bersih dan memiliki niat baik
Pastikan kamu sudah bersih lahir batin maksudnya adalah sudah mandi, berpakaian rapi, pikiran jernih dan memiliki niat baik saat menuju ke pura.
Selama di kawasan pura kamu harus bersikap sopan baik dengan orang yang kamu kenal maupun tidak dan jangan sesekali berkata kasar atau membuat onar.
-
Bagi wanita pastikan kamu tidak dalam masa menstruasi
Wanita yang sedang menstruasi dianggap sedang kotor atau tidak suci maka dilarang masuk area pura. Begitu juga bagi wanita yang baru saja melahirkan dan bagi seorang bayi yang belum melaksanakan upacara bulanan (tradisi Bali).