Sebagai sobatdrama, saya sering bertanya-tanya: mengapa genre ini selalu berhasil menyentuh hati penonton? Apakah karena alur ceritanya yang realistis, karakter yang mudah dikenali, atau justru karena kemampuannya merefleksikan kehidupan sehari-hari? Di Indonesia, film drama tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga cermin budaya dan nilai-nilai sosial yang terus berkembang. Mari kita telusuri lebih dalam mengapa film drama, baik lokal maupun internasional, tetap menjadi primadona di hati penonton.
Ketika mendengar kata “film drama”, banyak orang langsung membayangkan adegan menangis, konflik keluarga, atau kisah cinta yang berakhir tragis. Padahal, genre ini memiliki spektrum yang jauh lebih luas. Drama bisa mengangkat tema persahabatan, perjuangan sosial, hingga kisah inspiratif tentang kebangkitan diri. Menurut Kompas, film drama Indonesia seperti “Dilan 1990” atau “Ada Apa Dengan Cinta?” sukses bukan hanya karena romansa, tetapi juga karena kedekatannya dengan budaya lokal yang autentik.
Di sisi lain, Drama Korea seperti “Reply 1988” atau “My Mister” membuktikan bahwa kekuatan drama terletak pada kedalaman karakter dan detail kehidupan sehari-hari. Netflix melaporkan bahwa 60% penonton di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memilih drama Korea sebagai konten favorit mereka pada 2023. Hal ini menunjukkan bahwa film drama mampu menembus batas bahasa dan budaya.
Popularitas Drama Korea di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Menurut data Viu, platform streaming khusus drama Asia, Indonesia termasuk dalam 5 negara dengan konsumsi drama Korea tertinggi di dunia. Apa rahasianya?
Pertama, production value yang tinggi. Drama Korea tidak hanya mengandalkan aktor tampan atau cantik, tetapi juga sinematografi, musik, dan naskah yang dipoles sempurna. Kedua, tema yang universal. Contohnya, “Squid Game”—meski bergenre thriller—tetap menyisipkan drama sosial tentang ketimpangan ekonomi yang relevan dengan kondisi global.
Tren terbaru yang patut disoroti adalah kolaborasi antara platform streaming internasional seperti Netflix dengan studio Korea. Hasilnya, drama seperti “The Glory” atau “Crash Landing on You” bisa dinikmati secara simultan oleh penonton di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sementara Drama Korea mendominasi pasar global, Drama Indonesia juga tidak mau ketinggalan. Tahun 2023 menjadi saksi kebangkitan film drama lokal yang berani mengangkat isu sosial kompleks. Contohnya, “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas” yang menggabungkan elemen psikologis dengan kritik kelas sosial, atau series “Tira” yang menyoroti kehidupan nelayan tradisional di pesisir Jawa.
Menurut Detik, minat penonton Indonesia terhadap drama lokal meningkat 35% dalam tiga tahun terakhir. Faktor utamanya adalah adaptasi cerita yang lebih relateable, seperti konflik keluarga dalam “Keluarga Cemara” atau perjuangan anak muda di kota besar dalam “Jakarta vs Everybody”.
Di tengah maraknya konten pendek seperti TikTok atau YouTube Shorts, film drama justru semakin digemari. Alasannya sederhana: manusia butuh cerita yang utuh. Sebuah penelitian dari Universitas Indonesia (2022) menyebutkan bahwa 72% responden merasa film drama membantu mereka memahami emosi diri sendiri melalui identifikasi dengan karakter.
Selain itu, drama sering menjadi media edukasi tidak langsung. Misalnya, “Doctor Cha” (Drama Korea) mengedukasi tentang pentingnya kesehatan mental, sementara “Losmen Melati” (Drama Indonesia) menyelipkan pesan toleransi antarumat beragama.
Sebagai penulis yang kerap mengamati tren film, saya percaya bahwa film drama memiliki potensi untuk menjadi katalis perubahan sosial. Di Korea, drama “Itaewon Class” memicu diskusi luas tentang kesetaraan LGBTQ+, sedangkan di Indonesia, film “Yuni” membuka percakapan tentang pernikahan dini.
Namun, tantangannya adalah bagaimana menghindari stereotip. Banyak drama masih terjebak dalam plot klise seperti love triangle atau miskomunikasi yang dipaksakan. Di sinilah peran sutradara dan penulis naskah menjadi krusial untuk menciptakan cerita yang segar namun tetap bermakna.
Drama Korea:
“Moving” (Fantasi aksi dengan sentuhan drama keluarga)
“Daily Dose of Sunshine” (Kisah inspiratif tentang perawat kesehatan mental)
Drama Indonesia:
“Jin & Jun” (Komedi romantis dengan latar budaya Betawi)
“Gadis Kretek” (Drama sejarah tentang industri kretek di Jawa)