Jakarta –
Selama bertahun-tahun, Ally Hensley merasa malu dengan sindrom langka yang diidapnya. Perempuan 42 tahun ini terlahir tanpa vagina dan baru mengetahui kondisinya saat remaja.
Hensley sempat merasa paranoid, memikirkan anggapan orang lain bila mengetahui kondisinya. Orang-orang mungkin akan mulai ‘mencoba menanggalkan pakaiannya dengan mata’ untuk mengetahui apakah dia ‘terlihat seperti Barbie’ atau tidak.
Hensley mengidap kondisi langka yang disebut sindrom Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH). Sindrom langka ini memengaruhi 1 dari 5.000 perempuan di seluruh dunia dengan kondisi yang berbeda-beda.
Seorang perempuan yang didiagnosis dengan sindrom ini juga dilahirkan tanpa rahim dan leher rahim, sehingga mereka tidak akan pernah bisa memiliki anak atau hamil.
“Saya menghabiskan waktu bertahun-tahun merasa malu dengan tubuh saya, merasa saya bukan perempuan normal dan harus menghadapi kenyataan bahwa saya tidak akan pernah bisa punya anak,” ujarnya dalam Podcast Xpose bersama Samantha X, dikutip dari Daily Mail.
“Saya tidak merasa seperti perempuan pada umumnya, dan menjalin hubungan yang buruk dengan pria, berjuang dengan perasaan tidak memiliki harga diri, kepercayaan diri, dan mempertanyakan pada diri sendiri, ‘apakah sebagai wanita saya ini cukup?’,” sambungnya.
Meski tidak memiliki vagina dan rahim, penampilan fisik Hensley sama dengan perempuan lainnya. Hensley dilahirkan dengan ovarium, sehingga tubuhnya tetap memproduksi hormon estrogen. Ia memiliki payudara dan pinggul seperti perempuan lain.
Hensley mengaku bahwa kondisinya tersebut sempat membuatnya malu. Ia merasa seperti orang aneh. Belum lagi, ia menghabiskan masa remajanya berkunjung ke dokter untuk memeriksakan area sensitif di tubuhnya.
“Saya merasa seperti orang aneh. Saya merasa kesepian dan malu. Dan bila ada waktu di mana emosi saya terlalu sulit untuk dipahami, itu adalah momen saat saya dilanda kesedihan. Saya merasa ‘kotor’, Saya merasa kurang dari apa pun,” ujarnya.
“Bayangkan saja betapa memalukan sebagai seorang gadis remaja, vagina saya terus dibicarakan oleh dokter dengan orang tua saya.”
Banyak dari percakapan tersebut membicarakan soal seks penetrasi. Hensley diberi tahu bila dia ingin mengalaminya, maka ia harus mengubah anatomi organ tubuhnya, dan diminta memilih antara operasi atau pelebaran, yang berarti membuat vagina dengan dilator medis.
Hensley memutuskan untuk menjalani tindakan pelebaran vagina. Namun, penderitaan Hensley dimulai setelah menjalani tindakan ini, Bunda.
Seperti apa ceritanya?
Selengkapnya dapat dibaca di halaman berikutnya ya.