Membahas kearifan budaya lokal masyarakat Jawa Barat memang tak ada habisnya. Salah satu yang paling menyita perhatian adalah Ritual Pesta Nelayan di Pantai Pamayangsari jawa Barat. Kegiatan ini telah dilaksanakan sejak puluhan tahun lalu sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan.
Melihat nilai budaya pada ritual ini, Pemprov setempat sepakat untuk terus melestarikannya. Hasilnya bisa dilihat sekarang ini, banyak masyarakat luar daerah yang berbondong-bondong ingin menyaksikan ritual ini. Bagaimana anda juga tertarik dengan pesta rakyat Jabar ini? simak dulu ulasannya di bawah ini!
Pantai Pamayangsari Jawa Barat menyimpan sumber daya bahari yang sangat luar biasa besar. Hal ini membuat penduduk pesisir rata-rata berprofesi sebagai nelayan.
Melimpahnya kekayaan alam inilah yang menjadi alasan diadakannya ritual pesta nelayan. Untuk mengulik lebih dalam, berikut seluk-beluk tentang ritual pesta rakyat pesisir ini.
Pantai Pamayangsari di Kabupaten Tasikmalaya menjadi tempat utama bagi masyarakat pesisir untuk mencari nafkah. Hal ini bisa dilihat dari deretan perahu nelayan yang bersandar di tepi pantai. Setiap hari mereka menjelajahi lautan untuk mencari ikan, udang, kepiting, dan lain sebagainya.
Kekayaan bahari Pantai Pamayangsari mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir hingga 400%. Bahkan turut berkontribusi besar pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tasikmalaya. Alasan inilah yang membuat masyarakat menciptakan ritual pesta nelayan di Pantai Pamayangsari.
Pesta rakyat pesisir selatan Kabupaten Tasikmalaya ini diadakan pertama kali pada tahun 1973. Dan terus dilaksanakan secara turun temurun sebagai warisan budaya kepada generasi penerus. Bahkan prosesi ritual ini terus dilaksanakan hingga saat ini.
Masyarakat Tasikmalaya menganggap berkat dan rejeki yang diberikan tuhan sangat melimpah. Khususnya sumber daya bahari yang tersimpan di dalam laut Pamayangsari, tempat mereka mengais rejeki. Tak layak rasanya jika berkat tersebut dinikmati tanpa adanya rasa syukur.
Sebagai bentuk rasa terima kasih, masyarakat melarung sesajen ke tengah laut. Sesajen tersebut terdiri dari kembang 7 rupa, kepala sapi, jampana, dan munding bule (kepala kambing hitam).
Namun pada tahun 2005 prosesi sesajen berubah menyesuaikan perkembangan jaman. Seperangkat sesajen diganti diganti dengan jampana kosong yang dilarung ke laut lepas.
Mengorbankan kepala hewan dianggap tidak sesuai dengan syariat islam dan nilai sosial. Daripada harus dilarung ke lautan, kepala hewan tersebut bisa diolah untuk diberikan kepada orang yang tidak mampu.
Perubahan isi sesajen ini lantas tidak menghilangkan substansi dan kekhidmatan ritual. Justru semakin mengeratkan hubungan masyarakat dengan sang pencipta.
Seperti diketahui bahwa ritual ini sangat didukung oleh pemerintah setempat. Bukan tanpa alasan, semenjak diadakan ritual kesejahteraan masyarakat dan pemerintah juga meningkat. Inilah alasan mengapa acara dibuat begitu meriah dan spektakuler.
Dengan support pemerintah acara dilangsungkan 2 hari berturut-turut. Hari pertama, masyarakat sekitar mengadakan pengajian atau syukuran.
Menginjak hari kedua, pemerintah akan mengadakan atraksi dan kegiatan seni. Seperti tarik tambang, lomba perahu, merajut jaring, dan lain sebagainya. Selain menambah kemeriahan, rangkaian acara seni ini bertujuan untuk menarik minat wisatawan untuk bertandang.
Setelah rangkaian acara pembuka selesai, jampana akan diarak menuju lokasi pelarungan yakni Pantai Pamayangsari. Sesepuh desa kemudian akan mengambil alih acara dan melarung sesajen yang telah disiapkan.
Ritual nelayan Pantai Pamayangsari merupakan acara tahunan karena diadakan satu tahun sekali. Biasanya latar waktu yang dipilih adalah pertengahan atau akhir tahun. Bulan desember menjadi waktu paling banyak dihelatkannya acara akbar masyarakat Tasikmalaya ini.
Lokasinya acara tentu saja di Pantai Pamayangan. Tepatnya di Desa Sindangkerta, Kec. Cipatujah, Tasikmalaya Jawa barat.
Nah, itulah ulasan lengkap mengenai ritual pesta nelayan di Pantai Pamayangsari. Niat awal ingin berbagi dan bersyukur melalui hajatan, justru menjadi tambahan keberkahan.
Pasalnya banyak wisatawan yang tertarik untuk menyaksikan pesta rakyat warga Tasikmalaya ini. Tentu ini menjadi keuntungan tersendiri, karena perekonomian masyarakat akan terangkat. Tak hanya dari laut, masyarakat juga bisa mengandalkan segi pariwisatanya.