Membahas tentang destinasi wisata di Indonesia bisa dipastikan ada banyak sekali jumlah destinasi wisatanya. Mulai dari wisata alam, wisata bahari, wisata kuliner, wisata budaya, cagar alam dll. Sebagaimana kita tahu bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang punya banyak sekali destinasi wisata menarik dan fakta ini pun sudah terdengar hingga ke wisatawan asing. Tak heran bila setiap tahunnya jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia semakin meningkat dan perlahan memberi dampak positif untuk perekonomian Indonesia secara langsung.
Kali ini Wisato.id akan membawa kalian menuju ke salah satu destinasi wisata yang menarik di Aceh. Mungkin yang kita tahu di Aceh banyak pulau-pulau yang indah dan jarang dihuni namun jika kita membuka mata lebih lebar lagi ternyata ada sebuah pulau yang tak berpenghuni namanya Teulaga Tujoh namun di sebrang pulau ini ada semacam desa terapung dimana ratusan penduduk tinggal disana sehingga kamu tetap bisa lanjut berwisata kesana lho!
Pulau ini berada di wilayah perbatasan antara Aceh dan Sumatera Utara yaitu di Kota Langsa. Kota Langsa sebenarnya didominasi oleh pusat industri namun keindahan alamnya tak kalah menarik. Posisi Kota Langsa yang berada di ujung Sumatera sekaligus di ujung Barat Indonesia membuatnya layak dikunjungi karena strategis.
Pulau Teulaga Tujoh
Berbeda dari pulau lain yang biasanya bisa kamu kunjungi sebagai tempat healing atau sekedar relax dipinggir lautnya kali ini Pulau Teulaga Tujoh menawarkan pesona lain yang tak kalah menariknya karena selain kamu bisa menikmati keindahan pulau itu sendiri kamu juga bisa lanjut menyebrang ke sebuah desa apung yang jaraknya tak jauh.
Penamaan pulau ini tak sembarangan karena ada kisah dibaliknya di masa lampau. Nama Teulaga Tujoh disematkan untuk pulau ini konon dahulu ada 7 Aulia (semacam sosok pelindung) yang bermukim di pulau ini namun hanya bisa dilihat oleh sebagian orang yang memiliki hati bersih dan berkelakuan baik saja sehingga muncul ide dari masyarakat setempat untuk menamai pulai kecil ini dengan nama Pulau Teulaga Tujoh.
Selama berada disana kamu bisa melihat hutan bakau atau mangrove yang mendominasi sebagian besar wilayah pulau dan di dalamnya hidup ribuan monyet. Pasir di pulau ini bisa dikatakan cukup bersih namun warnanya kecoklatan tak seputih pasir di pulau lainnya.
Selain melihat mangrove kamu bisa sekedar duduk santai diatas pasir sambil berswafoto namun kamu harus tetap berhati-hati akan monyet liar yang hidup di dalam hutan mangrove ya! Teulaga Tujoh terbilang masih sepi dari pengunjung dan rata-rata pengunjung jarang ada yang bermalam di Pulau Teulaga Tujoh biasanya mereka lebih memilih tuk melanjutkan perjalanan dengan menyebrang ke sebuah desa apung yang berada tak jauh dari Pulau Teulaga Tujoh.
Desa apung itu berada di sebuah pulau bernama Pulau Pusong dengan jumlah penghuni hampir mencapai 700 kepala keluarga. Desa apung ini luas nya 4 hektare dan rata-rata mata pencaharian penduduk adalah nelayan. Jika kamu berniat mengunjungi pulau ini setelah berliburan di Pulau Teulaga Tujoh rasanya pas sekali karena kamu akan mendapat banyak pengalaman baru mulai dari bersosialisasi dengan warga setempat, ikut nelayan mencari ikan hingga ke tengah laut dan kamu bisa mengamati bagaimana sistem jual-beli ikan yang terjadi disana.
Perjalanan ke Pulau Teulaga Tujoh
Agar bisa sampai di Pulau Teulaga Tujoh kamu bisa memulai perjalanan dari Kota Langsa tepatnya dari Pelabuhan Kuala Langsa. Di Pelabuhan Kuala Langsa kamu harus memarkirkan kendaraan mu di parkiran umum pelabuhan lalu dari pelabuhan tersebut kamu harus menaiki kapal mesin untuk menyebrang ke Pulau Teulaga Tujuh dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit saja dan biaya yang tergolong cukup murah yaitu Rp 15.000 hingga Rp 20.000 untuk 1x penyebrangan.
Namun terkadang kamu membutuhkan waktu yang lama di Pelabuhan Kuala Langsa karena harus antre dengan penumpang lain maklum saja hanya ada 3 – 4 kapal yang tersedia untuk menyebrang ke Pulau Teulaga Tujoh. Jika dari Pulau Teulaga Tujoh kamu mau menyebrang ke desa apung di Pulau Pusong kamu cukup menumpang kapal nelayan yang biasanya menepi di pulau itu lalu membayar sesuai dengan harga yang dipatok si nelayan.