Indonesia merupakan sebuah Negara yang sangat kaya, baik dari segi sumber daya alam maupun budayanya. Keberanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah di Indonesia ini salah satunya bisa dilihat dari rumah adatnya. Rumoh Aceh Bentara Gigieng menjadi rumah adat Indonesia yang sangat menarik.
Rumah adat aceh ini sudah berdiri lebih dari 200 tahun dan masih berdiri dengan kokoh hingga saat ini.
Rumoh Aceh ini berada di Kabupaten Bireun dan menurut sejarah dibangun oleh seorang putri. Rumah ini dibangun dengan tujuan akan ditinggali bersama dengan suaminya setelah menikah nantinya.
Ia berhasil membangun rumah dengan konstruksi dasar tiga ruang dengan total 16 tiang utama dengan tipe satu bilik. Bahan-bahan yang digunakan untuk membangun rumah ini juga sederhana, sehingga tidak heran seorang putri mampu mendirikan dan membangun rumah yang layak dan kokoh.
Keistimewaan Rumoh Aceh Bentara Gigieng
Meskipun sudah berusia lebih dari 200 tahun dan tampak kokoh dari luar, Rumoh Aceh Bentara Gigieng ternyata memiliki beberapa bagian dalam rumah yang sudah rusak.
Faktor utamanya adalah kayunya yang sudah lapuk. Sebagian besar dari rumah adat aceh memang terbuat dari kayu. Selain itu bagian atap rumoh aceh ini sudah lapuk dimakan usia.
Rumoh Aceh memiliki bentuk memanjang dari timur ke barat dengan 44 tiang penyangga, terbuat dari kayu-kayu pilihan dan rata-rata berdiameter kurang lebih 20 cm. dindingnya berupa papan yang sangat tebal.
Rumah ini sangat kokoh meskipun pembangunannya hanya menggunakan tali rotan dan tali ijuk. Untuk mempercantik digunakan ukiran-ukiran seperti Ukiran Taloe Puta, Bungong Awan, Bungong Putek, dan sebagainya.
Keberadaan Rumoh Aceh merupakan salah satu identitas dari masyarakat Aceh sendiri. Pembangunannya juga tidak dilakukan secara sembarangan. Pembangunan Rumoh Aceh Bentara Gigieng memiliki maknanya tersendiri.
Muai dari tiang, papan, bagian atap, dan bahan-bahan yang digunakan untuk membangun rumah dipilih berdasarkan maknanya masing-masing. Berikut ini beberapa makna yang ada di rumah adat Aceh.
Bangunan Rumoh Aceh memang dibentuk seperti rumah panggung. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi risiko gangguan alam seperti bencana banjir atau serangan binatang buas. Jarak rumah dan lantai yang mencapai tiga meter juga dimaksudkan agar rumah yang dibangun tidak mengganggu aktivitas. Dengan begitu masyarakat atau pemilik rumah tetap bisa berdiri, berjalan, dan melakukan kegiatan lainnya di bawah rumah.
- Dibagi Menjadi Tiga Bagian Utama
Rumoh Aceh memiliki tata ruang hunian yang berbeda dari rumah adat daerah lainnya. Didalamnya terdapat tiga bagian utama yaitu serambi depan, serambi tengah, dan ruang dapur. Masing-masing bagian memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Serambi depan digunakan untuk menerima tamu, bersantai, dan beristirahat. Serambi tenag digunakan sebagai ruang inti dan ruang dapur digunakan untuk memasak.
Hal yang paling unik dalam pembangunan Rumoh Aceh adalah tidak menggunakan paku untuk menyatukan kayu. Penggunaan kayu juustru sangat minim dan kebanyakan digantikan dengan penggunaan tali dari bahan alam. Penggunaan pasak juga digunakan sebagai pengganti dari paku.
Rumoh Aceh memiliki anak tangga yang berjumlah ganjil. Bangunan rumah adat aceh memiliki lantai rumah dengan ketinggian mencapai 3 meter diatas tanah. Setiap tangga yang dibangun memiliki jumlah yang ganjil. Jumlah ganjil ini dipercaya oleh masyarakat Aceh memiliki nilai religius.
- Pintu Rumah Berukuran Rendah
Meski jarak lantai dan tanah tinggi, namun pintu masuk Rumoh Aceh tidak terlalu tinggi. Ukurannya cenderung rendah jika dibandingkan dengan tinggi badan manusia. Tingginya hanya mencapai 120 cm hingga 150 cm.
Bentuk pintu yang seperti ini memiliki filosofi agar para tamu yang berkunjung berkenan membungkukkan badan saat bertamu. Sopan santun dan tanda hormat sangat penting di manapun keberadaan manusia.
Rumoh Aceh Bentara Gigieng yang sudah berdiri lebih dari 200 tahun ini membuktikan bahwa rumah ini termasuk rumah yang tahan gempa. Segala komponen yang digunakan untuk membangun rumah sudah dipastikan sangat kuat.
Tiang-tiang yang digunakan dipilih dari bahan kayu yang padat sehingga mampu menahan gempa. Dengan tingginya yang mencapai 3 meter, rumah ini juga bisa terhindar dari bencana banjir.