Traveler, siapa nih dari kalian yang suka mengulik kisah sejarah masa lalu dengan mengunjungi objek wisata sejarah? Memang tak bisa kita pungkiri bangsa kita memiliki banyak sekali nilai historis yang hingga kini dapat kita lihat bukti keberadaannya dari beberapa bangunan peninggalan era lampau. Bagi traveler yang suka dengan sejarah pastinya merasa belum puas ketika berlibur namun tak sempat tuk mengunjungi wisata sejarah di daerah yang traveler datangi. Bangunan yang kental dengan unsur sejarah memang memiliki daya tarik tersendiri baik bagi pecinta sejarah pun bagi yang tidak terlalu menyukainya. Di Indonesia banyak sekali objek wisata sejarah namun kali ini Wisato.id akan mengajak traveler untuk mengenal salah satu objek wisata yang menjadi bukti kedaulatan Indonesia di era lampau. Bangunan ini merupakan sebuah monumen yang terletak di Aceh bernama Monumen Radio Rimba Raya.
Lokasi Monumen Radio Rimba Raya atau yang biasa disingkat RRR ini tepatnya berada di Rime Raya, Kabupaten Bener Meriah, Aceh.
Apa itu Radio Rimba Raya?
Radio Rimba Raya menjadi pelopor bahwa Indonesia masih ada dan memang sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945. Pada masa Agresi Militer Belanda ke 2 atau yang disebut dengan Operasi Gagak pada 19 Desember 1948, Belanda menginginkan untuk menjarah kembali Bangsa Indonesia. Saat itu, ibu kota yang terletak di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda dan beberapa tokoh turut ditangkap dan diasingkan. Terjadi pula kejadian naas yakni pasukan Belanda berhasil menduduki wilayah Sumatera dan Jawa.
Belanda saat itu mengumumkan berita bohong dengan mengatakan bahwa Indonesia sudah tidak ada, lalu Belanda menghancurkan Radio Republik Indonesia (RRI) yang berada di Yogyakarta.
Namun, salah satu siaran radio milik TNI Divisi X yang dipimpin Kolonel Hoessein Joesoef di Kabupatan Aceh Tengah yakni Radio Rimba Raya masih mengudara dan radio inilah yang pada akhirnya menentang kabar hoax dari Belanda.
Ketika mengudara, radio ini mengabarkan dengan lantang bahwa “Republik Indonesia masih ada, pemimpin Republik masih ada, pemerintah Republik masih ada, wilayah republik masih ada dan disini adalah Aceh.”
Kalimat tersebut di siarkan dengan 3 bahasa yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Urdu dengan kekuatan 1 kilowatt pada frekuensi 16,25 dan 61 meter. Bantahan dari Radio Rimba Raya terpancar hingga Vietnam, Singapura, Malaysia, Australia hingga Eropa dan meyakinkan dunia bahwa Indonesia telah merdeka dan masih ada.
Radio tersebut sempat berpindah lokasi beberapa kali akibat diintai oleh Belanda hingga akhirnya radio dibawa ke tengah hutan belantara di daerah Rimba Raya / Rime Raya, Dataran Tinggi Tanah Gayo.
Kini radio tersebut dimuseumkan di museum TNI AD Yogyakarta dan sebagai pengingat maka dibangunlah sebuah monumen diatas perkebunan kopi yang luas di daerah Rimba Raya yang kini dinamakan Monumen Radio Rimba Raya.
Lokasi nya berada tepat dipinggir jalan raya tak jauh dari Kantor Desa Rimba Raya (Jl. Raya Bireun – Takengon) sehingga mudah ditemui dan untuk kondisi jalanan menuju monumen ini sudah sangat bagus sehingga traveler akan merasa nyaman dalam perjalanan. Waktu yang dibutuhkan sekitar 50 menit hingga 60 menit atau 1 jam jika Traveler berkendara dari Simpang Tiga Redelong yang merupakan ibukota kabupaten Bener Meriah.
Fasilitas di area monumen ini terdapat lapangan parkir yang cukup luas dan bisa untuk kendaraan roda 2 dan roda 5 namun untuk keadaan monumen sendiri kini kurang terawat dan kebersihan nya juga kurang baik.
Selain berfoto selama di area monumen traveler dapat sedikit membaca kisah perjuangan dari tokoh – tokoh nasional kita yang bersinggungan langsung dengan Radio Rimba Raya (RRR) tersebut.
Monumen yang di dominasi dengan warna putih ini juga tak hanya dijadikan tempat wisata sejarah saja namun juga dipergunakan saat acara – acara besar seperti misalnya pelantikan Reje atau dalaam bahasa Indonesia yakni kepala desa. .
Setelah membaca kronologi dan beberapa info diatas pasti traveler merasa bangga dengan perjuangan dan nilai sejarah bangsa ini bukan? Maka dari itu ada baiknya kita tak lupa menyempatkan diri tuk berkunjung ke wisata sejarah.