Pada ulasan kali ini kami akan memberikan kalian beberapa informasi menarik mengenai Suku Tengger, sebuah suku yang menempati dataran tinggi di Pegunungan Bromo, Semeru, Tengger yang dapat kalian temukan di Provinsi Jawa Timur. Suku Tengger ini sendiri juga biasanya disebut dengan Wong Brahma yang mana tersebar dan juga menempati Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Malang dan juga Kabupaten Lumajang.
Suku Tengger ini sendiri dipercaya merupakan keturunan dari para penduduk Kerajaan Majapahit yang melarikan diri pada abad ke – 16 karena mendapat serangan dari kerajaan yang waktu itu dipimpin oleh Raden Patah. Sebagian penduduk dari Kerajaan Majapahit saat itu memutuskan untuk mengungsikan diri mereka di pegunungan Bromo dan kemudian memutuskan untuk membentuk komunitas yang kemudian dikenal sebagai Suku Tengger ini.
Suku Tengger memutuskan untuk menutup diri dari dunia luar, yang mana karena mereka ingin hidup dengan damai dan tidak ingin lagi merasakan peperangan yang menjadi alasan utama mereka meninggalkan kampung halaman mereka. Selama bertahun – tahun lamanya Suku Tengger menutup diri mereka dari dunia luar yang mana memang dilakukan untuk menjaga diri mereka.
Akan tetapi saat ini Suku Tengger perlahan – lahan membuka diri mereka terhadap dunia luar akan tetapi mereka tetap memegang teguh tradisi serta adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Rara Anteng dan Jaka Seger adalah dua sosok leluhur dari Suku Tengger yang paling dihormati karena menjadi pemimpin para penduduk Kerajaan Majapahit yang melarikan diri ke pegunungan Bromo ini. Rara Anteng adalah anak dari seorang raja Majapahit yang masuk dalam kasta Ksatria, sementara Jaka Seger adalah anak dari seorang pemuka agama yang masuk dalam kasta Brahmana.
Jaka Seger yang berasal dari kasta lebih tinggi menikahi Rara Anteng yang pada akhirnya menjadi pemimpin dari masyarakat Suku Tengger dan kemudian memutuskan untuk menghapuskan sistem kasta sehingga mereka semua memiliki kedudukan yang sama dan menjadi saudara.
Ada beberapa teori tentang penamaan Suku Tengger yang kita kenal saat ini, setidaknya ada tiga teori yang bisa menjelaskan kenapa etnis ini disebut sebagai Suku Tengger. Teori pertama adalah gabungan suku terakhir dari nama leluhur dari Suku Tengger yaitu Rara Anteng dan juga Jaka Seger.
Jika kalian perhatikan suku kata terakhir dari kedua nama leluhur tersebut maka memang akan menghasilkan kata Tengger, selain itu Tengger juga bermakna “pegunungan” yang mana sesuai dengan tempat tinggal mereka yang berada di pegunungan.
Sedangkan teori terakhir adalah arti dari kata Tengger yang berarti berdiam diri tanpa gerak, yang mana berkaitan dengan watak dari Suku Tengger yang berbudi pekerti luhur yang dapat kalian lihat dari segala aspek kehidupan yang mereka jalani.
Salah satu alasan kenapa Suku Tengger dipercaya sebagai keturunan dari penduduk Kerajaan Majapahit adalah agama yang mereka anut adalah Agama Hindu, yang mana Kerajaan Majapahit sendiri merupakan kerajaan Hindu. Akan tetapi berbeda dengan agama Hindu yang mengenal kasta, masyarakat Suku Tengger ini tidak mengenal lagi sistem kasta karena mengikuti ajaran dari leluhur mereka.
Masyarakat Suku Tengger ini sendiri menganggap jika Gunung Bromo adalah tempat yang sakral sehingga mereka selalu melakukan upacara adat di bawah kaki Gunung Bromo yang mereka lakukan satu tahun sekali.
Masyarakat Suku Tengger hingga saat ini mayoritas bermata pencaharian sebagai sebagai petani dan tidak sedikit dari mereka yang kemudian bekerja sebagai pemandu wisata di Gunung Bromo. Hal ini tentu saja karena masyarakat Suku Tengger ini perlahan – lahan ingin membuka diri mereka terhadap dunia luar, walaupun dengan tetap menjaga nilai – nilai serta ajaran dari nenek moyang.
Masyarakat Suku Tengger ini sendiri memiliki setidaknya tiga upacara adat dan perayaan yang mana akan mereka lakukan setahun sekali, yaitu Yadnya Kasada, Ritual Ojung dan juga Perayaan Hari Karo yang mana dirayakan bersamaan dengan Hari Raya Nyepi.