Perjalanan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan tak mudah dilakukan. Semua lapisan masyarakat turut turun tangan membantu para petugas keamanan dan angkatan perang untuk melawan penjajah. Bahkan, selepas Indonesia berhasil memerdekakan diri pun perjuangan tersebut belum usai. Tepatnya 5 Oktober 1945, dibentuklah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) oleh pemerintah. Pembentukan TKR ini guna mengatasi situasi yang mulai tidak aman akibat sekutu yang diboncengi Belanda dalam wujud NICA datang kembali ke Indonesia. Tentara Keamanan Rakyat sendiri merupakan asal muasal dari Tentara Nasional Indonesia atau yang kini kita kenal dengan sebutan TNI. Perubahan nama dari TKR menjadi TNI terjadi pada 3 Juni 1947.
Tentara Nasional Indonesia (TNI) terbagi menjadi 3 kelompok yakni TNI Angkatan Darat (AD), TNI Angkatan Laut (AL) dan TNI Angkatan Udara (AU). Secara keseluruhan tugas pokok TNI yaitu menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Jika kamu tertarik dan ingin mengetahui lebih dalam perjalanan TNI dari awal mula dibentuk hingga saat ini maka bisa berkunjung ke sebuah museum di kawasan Jakarta Selatan. Museum yang satu ini dikenal dengan nama Museum Satriamandala. Sebelum berkunjung, ada baiknya kamu simak terlebih dahulu ulasan berikut ini ya!
Museum Satriamandala berlokasi di Jalan Gatot Subroto No.14, Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Untuk menemukan bangunan museum ini tidak sulit karena berada persis di pinggir jalan raya. Ciri paling terlihat yakni keberadaan pesawat tempur di bagian halaman depan museum.
Museum ini dibangun pada tahun 1971. Sebelum menjadi bangunan museum seperti yang sekarang ini, dulunya merupakan bekas kediaman Ibu Dewi Soekarno yang dikenal dengan nama Wisma Yaso. Total luas areanya lebih dari 56.000 meter persegi. Peresmian dilakukan setahun setelah pembangunan yakni 5 Oktober 1972 oleh Bapak Soeharto selaku Presiden RI kala itu. Museum dibuka untuk umum, siapapun boleh masuk kesana asal bisa menjaga ketertiban. Museum juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang. Ada kantin, toilet umum, toko cenderamata, taman baca dan gedung serbaguna yang mampu menampung 600 orang.
Masih berada didalam kawasa museum, tepatnya bersebrangan dengan kantin terdapat sebuah restoran AYCE ternama yaitu Shabu Hachi. Setelah lelah menyusuri museum, pengunjung bisa mencoba santap siang di restoran tersebut ataupun di kantin. Untuk harga tiket masuk museum yaitu Rp 5.000 untuk dewasa dan Rp 3.000 untuk pelajar serta mahasiswa. Jam operasionalnya mulai pukul 8 pagi – 9 malam setiap harinya.
Secara keseluruhan koleksi di museum ini berupa diorama, foto-foto, bambu runcing, rudal, meriam, pedang, torpedo, patung pahlawan, panji-panji TNI, kendaraan yang digunakan oleh para TNI dalam bertempur, meriam, rudal, miniatur alat tempur TNI, koleksi dari Panglima Besar Jenderal Soedirman, koleksi Letjen Oerip Soemohardjo, koleksi Jenderal A.H Nasution, koleksi Jenderal H.M Soeharto dll.
Museum Satriamandala terdiri dari beberapa bagian ruangan yang semuanya bisa diakses pengunjung. Ada ruang diorama 1, disinilah pengunjung bisa melihat berbagai macam diorama yang mengisahkan perjalanan TNI. Pada ruang diorama 2 terdiri dari perjalanan TNI saat terjadi pertempuran. Mulai dari pertempuran di Semarang, Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa, dan lain sebagainya. Total keseluruhan diorama di museum ada 74 koleksi.
Selanjutnya, pengunjung bisa beranjak masuk ke Ruang Panji-Panji. Isi dari ruangan ini akan menjelaskan kepada para pengunjung terkait misi utama TNI, sejarah TNI, pembentukan Badan Keamanan Rakyat dan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat. Koleksi dari Jenderal Besar Soedirman pun bisa pengunjung lihat secara langsung di ruangan khusus. Salah satu koleksi paling bersejarah dari Ruang Koleksi Jenderal Soedirman adalah keberadaan tandu yang dipakai oleh beliau selama bergrilya pada Agresi Militer Belanda II. Ruangan lainnya yakni Balairung Pahlawan juga tak kalah menarik. Disinilah terdapat 23 patung dari para anggota TNI yang dilantik menjadi pahlawan nasional dan pahlawan revolusi.
Koleksi kendaraan tempur juga selalu menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung. Pengunjung bisa melihat tank, panser, Humber Scout Car hasil pemberian dari Belanda, Pesawat Cureng, Pesawat Douglas C 47, Jeep PANSROD BTR 152 P, Pesawat RI 001, Kapal Macan Tutul, dll. Seluruh koleksi kendaraan tersebut bisa pengunjung lihat secara langsung di area Taman Dirgantara.
Kendaraan lainnya yang juga sering dijadikan spot foto para pengunjung yaitu Ambulance Gajah Putih. Mobil ambulance ini mendapat sebutan lain yaitu “Si Dukun”. Warnanya putih dan pastinya sudah terlihat usang. Ambulance merk Chevrolet buatan General Motors ini dianggap berjasa karena menjadi pengantar para korban pemberontakan DI/TII tahun 1957-1962 dalam operasi militer di Cipaganti.