Italia dikenal sebagai gudangnya desainer mobil, entah karena sejarah Italia sebagai bangsa yang menghargai seni dari era Renaissance atau infrastruktur yang mendukung. Tetapi menariknya tidak semua desain dari rumah desain Italia itu datang dari buah pikiran warga Italia. Salah satu ‘orang asing’ yang cukup sukses di dunia desain Italia adalah Tom Tjaarda dari Detroit, Amerika Serikat.
Stevens Thompson Tjaarda van Starkenburg lahir di Detroit, Michigan, Amerika Serikat pada tanggal 23 Juli 1934 dari pasangan Joop Tjaarda van Starkenburg dan Irene Tjaarda. Ayah Tom yang juga dikenal dengan nama John Tjaarda merupakan imigran dari Belanda yang menetap di Amerika Serikat dan kemudian bekerja di Ford dan dikenal sebagai desainer Lincoln Zephyr tahun 1936.
Meski memiliki ‘darah’ seorang desainer, Tom sendiri tinggal bersama ibunya, karena orang tuanya bercerai pada tahun 1939 saat Tom baru berusia 5 tahun. Akhirnya Tom mengemban ilmu di Universitas Michigan jurusan arsitektur, dengan tugas akhir mendesain sebuah mobil station wagon. Uniknya, desain dari Tom tersebut malah selayaknya sebuah sports car, yang ia beri nama Turbinewagon.
Salah satu profesornya yaitu Aare Lahti melihat potensi Tom Tjaarda dan menyarankannya untuk melakukan magang di Carrozzeria Ghia di kota Turin, Italia. Didirikan pada tahun 1916, karoseri legendaris ini mendesain berbagai macam mobil mulai dari Alfa Romeo, Ferrari hingga VW Karmann Ghia yang terkenal.
Hebatnya pada usia muda hanya 24 tahun, Tjaarda sudah mulai mendesain mobil di negara yang asing baginya, bahkan ada cerita ketika Tjaarda sempat salah naik kereta menuju Turin. Mobil desain pertamanya adalah Innocenti Spider berbasis Austin-Healey Sprite. Desain membulat Inggris era 50an diubah oleh Tjaarda menjadi desain garis tegas khas mobil Italia kala itu.
Selama di Ghia, tidak hanya mendesain mobil, namun Tjaarda juga mendesain berbagai macam benda dari monorail hingga gokart. Namun karir Tjaarda mulai naik setelah dia pindah ke Pininfarina pada tahun 1960. Di Pininfarina, Tjaarda mendesain mobil yang menjadi awal kesuksesan dirinya, yaitu Chevrolet Corvette Rondine dengan desain unik layaknya burung.
Meski desain Corvette Rondine dianggap terlalu ekstrim untuk GM. Fiat tertarik akan desain Tjaarda dan akhirnya diwujudkan melalui Fiat 124 Spider yang diproduksi masal dan pada akhir hayatnya diproduksi hingga 200 ribu unit. Karya Tjaarda lainnya selama di Pininfarina antara lain Ferrari 330 GT 2+2 dan juga 365 GT.
Pada tahun 1968, Tjaarda kembali ke rumah desain tempat dia pertama kali menimba ilmu yaitu Ghia. Kala itu Ghia dimiliki oleh pengusaha Italia keturunan Argentina Alejandro de Tomaso yang dikenal sulit diajak bekerjasama. Tetapi Tjaarda terbukti bisa menghadapi tekanan de Tomaso. Boleh dibilang ini merupakan era keemasan Tjaarda dan melahirkan ciri khas desain tajam namun dengan garis yang mengalir.
Tjaarda mendesain berbagai mobil mulai dari Isuzu Bellett MX1600 yang merupakan mobil Jepang bermesin tengah pertama dan yang paling terkenal adalah De Tomaso Pantera yang menggunakan mesin V8 dari Ford. Bahkan Elvis Presley sempat menjadi salah satu pemilik dari mobil tersebut. De Tomaso diproduksi hingga tahun 1992 dan sering disebut sebagai salah satu mobil tercantik di dunia.
Ketika Ghia dibeli oleh Ford pada tahun 1973, Tjaarda tetap mengabdi di Ghia dan membuktikan dia tidak hanya jago mendesain mobil sport tetapi juga mobil penumpang dengan mendesain Ford Fiesta generasi pertama. Konon desain tersebut dipilih langsung oleh Lee Iacocca, bos Ford yang pernah bekerjasama dengan De Tomaso untuk menjual Pantera di Amerika.
Selanjutnya pada tahun 1978, Tjaarda pindah ke Fiat dan lebih banyak memegang proyek secara keseluruhan dibanding mendesain mobil dari nol. Di tahun 1982, Tjaarda pindah ke karoseri Rayton-Fissore dan membantu mendesain LaForza, sebuah Sport Utility Vehicle (SUV) mewah yang ditujukan untuk pasar Amerika, meski sekarang dilupakan, LaForza memulai tren SUV mewah yang mulai ramai pada era 90an.
Selain itu Tjaarda juga memulai rumah desainnya sendiri pada tahun 1984 dan terus mendesain mobil hingga awal 2000an dengan klien seperti Aston Martin, Bugatti, Isotta Fraschini, dan Spyker. Pada masa tuanya Tjaarda banyak aktif dalam ajang Concours d’Elegance dengan menjadi juri di berbagai acara baik di Eropa, Amerika, hingga India.
Tidak hanya itu, Tjaarda juga aktif memberikan seminar desain dan juga menjadi kolumnis untuk majalah Classic Cars. Tjaarda dikenal sebagai tokoh yang ramah, supel dan selalu menyapa penggemarnya di acara-acara. Tjaarda meninggal pada tanggal 2 Juni 2017 di usia 82 tahun karena sakit. Meski telah tiada, karyanya sendiri masih dipuja dan Tjaarda menjadi sedikit dari desainer di luar Italia yang mampu meniti karir dengan sukses di negara tersebut. *IFR