Pasar mobil listrik di Indonesia sepertinya akan makin panas. Nama mobil listrik semakin beragam sehingga Anda, wahai para konsumen, akan semakin dimanjakan dengan banyaknya pilihan EV berbasis baterai. Salah satu yang cukup membuat heboh adalah Wuling BinguoEV, yang diperkenalkan minggu lalu oleh Wuling Indonesia.
Kali ini, kami berkesempatan untuk mencobanya secara singkat. Kurang lebih 2 km, di dalam lingkungan perumahan mewah di Tangerang. Terlalu singkat memang. Tapi menghasilkan impresi pertama yang cukup menjanjikan. Ini terjadi karena beberapa hal. Pertama, Wuling Binguo dibekali ukuran yang wajar untuk masuk di segmen mobil hatchback perkotaan. Panjangnya 3.950 mm, lebar 1.708 mm. Tingginya mencapai 1.580 mm. Angka dimensi yang cukup untuk sebuah mobil keluarga harian.
Sebagai penggerak, dipasangkan motor listrik bertenaga 50 kW (setara 67 hp), lebih kecil ketimbang pesaingnya, Neta V (93,6 hp). Baterainya ada dua pilihan yang menggerakan varian Binguo Short Range, 31,9 kWh dengan jarak tempuh maksimum 333 km. Atau 37,9 kWh yang memberikan daya jelajah hingga 410 km, terpasang pada Binguo Long Range.
Kabinnya terbilang lega berkat wheelbase 2.560 mm. Untuk informasi, panjang wheelbase ini lebih besar 140 mm dibanding Neta V. Di bagian depan, meski kami rasa joknya terlalu rendah, tapi cukup lega dan memberikan rasa nyaman. Segalanya mudah di raih dan dipahami. Layar infotainement berukuran 10,25 inci siap menampilkan berbagai hiburan dan informasi serta pengaturan.
Satu lagi yang menyenangkan adalah, hadirnya tombol fisik di dashboard. Meski hanya untuk mengatur AC dan pemilihan mode berkendara (Eco, Eco+, Sport dan Normal). Di lingkar kemudi, seperti biasa ada tombol cruise control dan audio.
Kenop transmisi ada di antara dua kursi depan dan lagi-lagi mudah digapai. Di sampingnya tersemat rem parkir elektronik dengan kemampuan auto hold.
Jok pengemudi dibekali pengaturan elektrik, namun untuk penumpang masih manual. Kursi ini cukup nyaman dengan balutan bahan kulit sintetis. Meski bahan seperti ini sebetulnya akan mudah membuat punggung berkeringat, tapi jok tetap nyaman. Ukuran badan orang Asia akan bisa duduk dengan nyaman.
Selain itu, atap tinggi memberikan ruang kepala yang cukup lega. Posisi duduk kami dengan jok yang ditinggikan, menyisakan ruang kepala sekitar 10 cm di depan. Lain ceritanya di belakang. Posisi sandaran punggung dan head room juga lega. Namun paha kurang tertopang dengan baik. Sepertinya, ini adalah efek lantai yang tebal untuk penempatan baterai, tapi ketebalan jok tidak menyesuaikan.
Bagasinya, saat bangku belakang ditegakkan, tidak terlalu membanggakan. Sedangkan saat jok dilipat, menghasilkan kapasitas hingga 760 liter.
Wuling BinguoEV dibekali dengan beragam fitur kekinian seperti lampu utama LED dan DRL. Meski tidak dibekali dengan kemampuan lampu menyala otomatis, tapi sepertinya ini sudah cukup. Lampu belakang juga terlihat atraktif dan tidak cepat membosankan.
Yang kami cermati, pesaing Neta V ini dibekali pelek ukuran 15 dengan PCD (jarak antara lubang baut) 4 x 114. Penyuka modifikasi seperti kami langsung membayangkan banyaknya jumlah pelek yang bisa dipakai untuk mendongkrak tampilan. Selain itu, Binguo diberikan ban standar berukuran 185/60 R15. Ini ukuran ban yang bisa Anda temukan di mana saja. Apapun mereknya.
Untuk versi bawaan, Binguo dibekali pelek besi (biasa disebut pelek kaleng) dengan dop. Tidak salah memang, kalau bicara memangkas harga jual dan kekuatan, pelek kaleng memang jawabannya. Binguo dihadirkan dalam tiga pilihan warna yang kekinian. Perlu diketahui, ketiganya memiliki atap berwarna hitam.
Sekali lagi, kami mencoba mobil ini dalam jarak dan waktu yang singkat. Yang kami perhatikan adalah kemampuan suspensi meladeni permukaan jalan dan kestabilan. Hasilnya, cukup baik. Kaki-kaki mampu meredam dengan baik hingga kecepatan 50-60 km/jam. Kestabilan menikung juga sepertinya bisa diapresiasi. Kami coba menikung sembari melakukan akselerasi mendadak dan mobil menurut saja. Tentunya, pengujian lebih lanjut masih diperlukan untuk benar-benar meyakinkan.
Tapi seperti biasa, mobil listrik dengan power steering elektrik kurang punya bobot. Akibatnya pergerakan kemudi kurang berbobot. Hal yang sepertinya harus diperbaiki oleh pabrikan EV, terutama yang berbasis di Tiongkok. Hal ini juga terjadi di MG4 EV dan Neta V. Bukannya tidak nyaman, tapi setir yang ‘feel-nya’ kosong kurang memberikan rasa percaya diri.
Sempat dicoba juga sistem cruise control. Meski ini bukan versi adaptif, tapi sudah mampu bekerja saat mobil melaju 40 km/jam. Wuling tidak menyebutkan apakah nantinya akan ada adaptive cruise control. Yang pasti, ada yang disebut creep mode, dimana saat pedal rem dilepas, mobil akan bergerak pelan. Tidak seperti Wuling airEV yang harus menginjak pedal gas baru bisa berjalan. Hal seperti ini jamak ditemukan di mobil bertransmisi otomatis bermesin pembakaran internal. Tentunya akan sangat berguna waktu merayap di kepadatan lalu lintas.
Overall, Wuling BinguoEV mampu memberikan impresi yang meyakinkan. Meski kami harus benar-benar mencoba mobil ini untuk mendapatkan rasa berkendara yang lebih dalam. Soal harga, sepertinya akan berkisar di Rp 300-400 jutaan. Wuling Indonesia belum mengeluarkan harganya.