Saat membicarakan mengenai candi yang pertama muncul dalam pikiran penulis adalah “pakai cara apa mereka bisa membangun bangunan sebesar itu tanpa pakai semen?” atau “sebenarnya apa fungsi candi ya? Tempat ibadah? Atau ada maksud lain?” bisa dibilang penulis penasaran dengan kenapa dan bagaimana ditambah lagi masih banyak situs candi yang belum terlalu diteliti dan jadi makin penasaran seperti kompleks candi yang akan penulis bahas kali ini.
Jadi situs arkeologi Padang Lawas merupakan kawasan kepurbakalaan yang terletak di Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatra Utara, Indonesia. Mencakup daerah sekitar 1.500 km², situs arkeologi ini meliputi Kecamatan Barumun, Kecamatan Barumun Tengah, Kecamatan Sosopan, Kecamatan Padang Bolak, dan Kecamatan Padang Bolak Julu.
Di sini dapat ditemukan kompleks peninggalan candi Hindu-Buddha. Sayangnya dari yang penulis ketahui tidak banyak dilakukan pengendalian yang efektif dalam pengelolaan reruntuhan candi di situs ini. Paling tidak pada tahun 2011 seorang peneliti dari Universitas Negeri Medan pernah menyatakan bahwa, separuh dari 16 candi di daerah ini berisiko digali secara ilegal dan bahwa sekelompok pencuri telah terlihat menggali sejumlah candi. Sepengetahuan penulis candi – candi Kompleks Percandian Padanglawas itu mulai diteliti oleh para ilmuwan Belanda pada akhir abad ke 19 Masehi dan abad ke 20 Masehi oleh para peneliti yang bernama Schnitger, Van Den Bosch, Franz Junghun, von Rosenberg, Kerkhoff dan van Stein Callenfels. Yang kemudian sebagian dipublikasikan oleh Oudheidkundig Verslag. Publikasi paling lengkap diperoleh dari hasil penelitian Schnitger tahun 1936, Menurut Schnitger, candi-candi di Padanglawas dibangun bersamaan dengan stupa-stupa di Muara Takus, yaitu pada sekitar abad ke-12 Masehi.
Salah satu situs yang cukup terawat bernama Biaro Sangkilon tempat dimana candi Sangkilon berada. Situs ini terletak di Desa Sangkilon, Kecamatan Lubuk Barumun, Kabupaten Padang Lawas. Jarak situs ini dari ibukota Sibuhuan sekitar 9,9 kilometer kearah barat daya. Situs Biaro tersebut menunjukan ciri Hindu. Di dalam situs ini terdapat 4 buah gundukan tanah, dimana 3 gundukan tidak terlihat lagi strukturnya dan 1 lagi masih berdiri di atas permukaan gundukan tersebut. Sayangnya Biaro utama bentuknya sudah tidak utuh lagi dan yang saat ini masih tersisa hanyalah bagian kaki dan separuh bagian badan di dinding sisi utara dan sisi barat. Di sana pengunjung atau wisatawan juga dapat melihat muara sungai sangkilon yang bertemu dengan sungai ulu, sayangnya sungai tersebut tidak terlihat jernih jadi bagi ingin mandi atau main air sebaiknya berfikir dua kali. Disekitar situs dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit baik dari bagian timur, barat, selatan maupun utara yang membuat tempat ini seperti sebuah tempat misterius yang muncul di film – film, paling tidak begitulah yang dipikirkan penulis.
Kemudian ada Candi Sipamutung yang bisa dibilang candi paling Kompleks, dimana di dalam kompleks Candi ini kita dapat melihat dan menikmati 1 Candi Utama dan 4 bangunan candi lainnya. Sayangnya candi ini sepertinya kurang mendapat perhatian karena kondisinya yang tidak terlalu terawat dan sedikitnya wisatawan yang berkunjung atau bahkan mengetahui keberadaan candi ini.
Penulis merasa salah satu alasan mengapa candi ini tidak begitu populer adalah karena letaknya yang cukup sulit dijangkau, jadi untuk mencapai candi ini, kita harus jalan dari sekitar 4 km dari Binanga sampai ke Jembatan gantung penghubung desa Siaparau dengan daratan dari arah Binanga. Perjalanan ini cukup menantang fisik dan mental karena kita masih harus berjalan sekitar 500 meter lagi menuju Candi ini dari tepi sungai. Tapi bagi kalian yang tidak masalah dengan hal tersebut penulis sarankan untuk mencoba melihat secara langsung candi ini karena secara pribadi perjuangan tersebut sebanding dengan hadiahnya.
Mari kita lanjut menuju Candi Bahal I yang terletak di Desa Portibi, Padang Lawas Utara. Candi ini merupakan candi yang terdekat dari Kota Padang Sidimpuan yaitu berjarak sekitar 2 jam perjalanan menempuh perjalanan sekitar 2 jam. Candi ini merupakan salah satu candi yang memiliki bentuk sempurna dibandingkan dengan candi lainnya di kompleks ini selain itu, lingkungannya juga terawat dan tertata dengan indah. Salah satu keunikan candi ini adalah keberadaan pohon Bodi yang katanya sih hanya ada di sini dan di candi Borobudur, bagi yang kurang puas juga kalian dapat mengunjungi museum yang menampung semua penemuan benda peninggalan yang tidak diketahui tata letaknya pada saat pemugaran.
Baiklah perjalanan kita akhiri disini, apakah kalian jadi tertarik berkunjung atau bahkan sudah merencanakan untuk pergi? apapun pilihan kalian semoga perjalanan kalian menyenangkan.