Pulau Dewata atau julukan yang terkenal untuk menggambarkan Pulau Bali nampaknya sudah sangat ikonik dan sesuai. Pulau Bali yang hingga kini menjadi salah satu pilihan wisata bagi para pelancong terlihat selalu ramai dan tak pernah sepi. Banyak pelancong mancanegara atau domestik yang datang hanya sekedar untuk relaxing atau kini disebut dengan self healing melihat keindahan bahari dari pulau ini. Keindahan Pulau Bali ini tak hanya bisa kita nikmati lewat wisata baharinya seperti pantai atau air lautnya saja tetapi juga danau, sungai, air terjun, wisata alam mulai dari gunung, perbukitan, wisata religi, wisata sejarah layaknya museum, wisata budaya, wisata kuliner hingga wisata malam seperti bar.
Kalau kamu sudah mempunyai rencana untuk mengisi liburan ke Bali nampaknya kamu harus mencoba berkunjung ke wisata sejarahnya seperti berkunjung ke sebuah museum. Di Bali sendiri sudah ada 32 bangunan museum yang terdaftar di Kemendikbud dan pastinya bisa membuat kamu memiliki wawasan yang lebih luas mengenai sejarah Indonesia khususnya Bali. Salah satu museum yang memiliki segudang kisah dan kental akan nilai sejarah dibaliknya adalah Gedong Kirtya yang berada di Buleleng. Sebelum kamu berkunjung ke museum ini ada baiknya kamu simak ulasan lengkap mengenai Gedong Kirtya dibawah ini ya!
Gedong Kirtya
Gedong Kirtya atau dikenal juga dengan Museum Gedong Kirtya sebenernya tak hanya sekedar museum tempat disimpannya koleksi-koleksi benda bersejarah tetapi museum ini juga menjadi sebuah perpustakaan. Mengapa Museum Gedong Kirtya juga diperuntukkan sebagai perpustakaan? Hal ini karena museum Gedong Kirtya yang merupakan museum pertama di Bali ini menyimpan berbagai macam dokumen-dokumen yang bersejarah sehingga pengunjung yang bertujuan untuk mencari informasi atau bukti tentang kisah sejarah tertentu bisa mendapatkannya di gedung ini.
Penamaan museum ini tak begitu saja diberikan karena sebelum namanya seperti sekarang ternyata nama museum ini dulunya adalah Yayasan Kirtya Liefrinck Van der Tuuk yang diambil dari nama seorang asisten pemerintah Belanda yaitu Liefrinck Van der Tuuk yang sangat cinta terhadap budaya Bali dan Lombok di kala itu. Gedong Kirtya berada disebuah komplek yang bernama Sasana Budaya yang merupakan istana tua Kerajaan Buleleng.
Ketika tiba di museum seluas 300 meter persegi ini kamu akan merasakan suasana jadul dan kuno yang kental namun tak sedikitpun mengurangi nilai historis dari tempat ini. Disini kamu dapat menemukan berbagai macam dokumen peninggalan sejarah mulai dari dokumen zaman kolonial tahun 1901-1953, prasasti patung Buddha, manuskrip kertas, buku kuno sebanyak 8000 buku, patung pra sejarah dan koleksi yang paling terkenal dari museum ini yakni manuskrip daun lontar atau biasa disebut dengan lontar yang jumlahnya menyentuh angka 1757 buah.
Lontar sendiri adalah sebuah medium untuk menuliskan tulisan, naskah atau skrip, materi medis hingga gambar kisah pewayangan yang terbuat dari daun ental yang dikeringkan lalu direbus dengan rempah-rempah minimal 8 jam kemudian dikeringkan kembali dan dijepit agar bentuknya lurus dan tidak mudah bengkok. Untuk menulis diatas lontar pun tidak mudah dan tidak bisa sembarangan karena harus menggunakan alat tertentu yaitu pisau khusus bernama pengrupak lalu digosok dengan kemiri yang dibakar.
Lontar-lontar yang terdapat di Gedong Kirtya tak hanya sebagai koleksi saja namun juga bisa menjadi ilmu bagi para pengunjung yang datang selain itu Gedong Kirtya juga kerap kali melakukan pertukaran lontar dengan beberapa negara seperti India dan Birma. Bangunan Gedong Kirtya memiliki beberapa ruangan yaitu ruangan 1 untuk menyimpan koleksi lontar dan buku-buku kuno yang kebanyakan berbahasa Belanda, Perancis dan Jepang lalu ruangan 2 untuk menyimpan beberapa salinan lontar dan sebagai ruang membaca dan ruangan 3 yaitu ruang kantor.
Kamu bisa menyusuri ruang 1 untuk melihat-lihat koleksi lontar dan patung-patung prasejarah lalu melanjutkan ke ruang 2 untuk melihat salinan lontar yang ditaruh disebuah kotak sepanjang 60 cm yang dinamakan keropak. Di ruang 2 kamu akan dimudahkan bila ingin membaca salinan lontar karena tiap salinan di dalam keropak sudah diberikan keterangannya masing-masing misalnya pada keropak kode 1 yaitu berisi lontar Matrastawa atau puja yang isinya tentang ritual upacara yang ada di Bali serta piodalan, keropak kode 2 berisi Niticastra atau peraturan-peraturan masing-masing daerah di Bali, keropak kode 3 adalah Wariga yaitu hari baik dan hari buruk pada kalender Bali serta tutur atau petuah yang biasa digunakan para dukun di Bali sebagai ilmu atau pedoman, keropak kode 4 adalah Gaguritan, keropak kode 5 adalah Babad yang isinya adalah perjalanan leluhur terdahulu mulai dari Majapahit sampai ke Bali, keropak kode 6 adalah Satua-satua yaitu cerita rakyat dan di keropak terakhir atau kode 7 berisi tentang Wayang seperti Mahabrata dan Ramayana.
Untuk bisa mengeksplor museum ini kamu cukup membayar Rp 5.000 per orang dan tidak dipungut biaya bagi para pelajar atau mahasiswa lalu waktu operasionalnya mulai hari Senin sampai Kamis pukul 8 pagi hingga 4 sore dan hari Jumat sampai Minggu pukul 9 pagi hingga 4 sore, museum ini hanya tutup di hari libur nasional saja.
Rute menuju Gedong Kirtya
Museum ini tak susah untuk ditemui karena berada di Sasana Budaya dan sekomplek dengan Museum Buleleng tepatnya di Jl. Veteren No.20 Buleleng. Letaknya bersebrangan dengan Pasar Buleleng dan hanya 550 meter dari Kantor Bupati Buleleng ke arah timur.